background

(scroll down : ENGLISH version)

Lamalera, desa di pesisir selatan Pulau Lembata sebelah Timur Kepulauan Flores. Hingga saat ini masyarakat adat Lamalera masih melakukan aktifitas penangkapan mamalia ikan paus khususnya jenis Sperma. Masyarakat Lamalera menyebut dengan istilah Koteklema, secara mitologi mereka meyakini bahwa paus merupakan binatang kerbau yang dikirim oleh ibu pertiwi untuk kelangsungan hidup bersama.

Budaya Maritim di Lamalera ini sudah berlangsung sekitar 600 tahun (R. H. Barnes,1996). Dalam bukunya “Indonesia, Fisher & Weavers of Lamalera“ Barnes menyatakan bahwa, Lamalera mempunyai posisi yang sangat penting dalam sejarah dan budaya maritim di Asia Tenggara.

Semakin berkurangnya populasi mamalia laut dan tingginya tekanan pembangunan yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan modern menyebabkan terkikisnya nilai-nilai penting warisan budaya mereka. Perkembangan sosial budaya dan teknologi informasi juga berdampak pada pudarnya pengetahuan mereka tentang tradisi kelautan, pengetahuan perbintangan, filosofi, perahu tradisional dan aturan-aturan adat yang terbalut dalam sistem kearifan lokal.

Leviathan Lamalera adalah pertunjukan teater multimedia baru (teks, gambar, animasi, video interaktif, skenografi) yang melibatkan pelaku dari berbagai disiplin ilmu berbeda. Masyarakat adat Lamalera mempunyai latar belakang ilmu yang berbeda, terbukti dengan kemampuan mereka dalam mempertahankan budayanya hingga sekarang ditengah perkembangan jaman. Perpaduan tradisi budaya prasejarah Lamalera dengan multimedia baru ini diharapkan dapat menghasilkan bukti bahwa Lamalera mempunyai posisi penting di budaya maritim Asia Tenggara yang dapat memperkuat data warisan budaya Indonesia.

Paradigma seni dewasa ini telah berkembang menjadi seni yang lebih multikulutur/multiestetik, dengan munculnya karakter secara lebih spesifik. Seni makin terintegrasi dengan kehidupan, focus pada pengalaman dan kesadaran, mengarah pada intradisipliner dan interdisipliner serta seni sebagai proses kreatif-imajinatif (Prof.Dr. Bambang Sugiharto).

Leviathan Lamalera yang di gagas Prehistoric Soul akan mencoba memberikan hal yang berbeda dengan berbagai hal baru (orang luar) yang datang ke desa Lamalera. Jika selama ini banyak LSM datang dan hadir membungkus kepentingan mereka dengan seni untuk mencapai tujuan yang sebenarnya tentang konservasi dan apapun tentang perburuan paus, maka Leviathan Lamalera akan menggali dan merepresentasikan nilai budaya asli yang terkandung didalamnya. Leviathan Lamalera mengingatkan hal tersebut terhadap empati, melibatkan penalaran positif terhadap aktifitas masyarakat yang telah berlangsung secara turun temurun.

Project “The Leviathan Lamalera” menggambarkan mahkluk yang sangat besar dan mengerikan, mempunyai persamaan dengan kepercayaan mereka tentang legenda sejarah, bahwa mereka berasal dari pulau Lepan Batan yang makmur dan tenggelam akibat mahkluk yang sangat besar (beberapa versi menyebut naga versi lain menyebut belut raksasa).

Leviathan dalam project ini adalah simbol penghancur seperti halnya mitologi yang berkembang di masyarakat Lamalera. Leviathan juga bisa berarti desakan budaya ‘besar’ yang mengerikan, mengancam warisan budaya mereka sebagai akibat dari teknologi informasi, intensnya interaksi dengan dunia luar yang mulai merubah persepsi, sikap dan pola pikir masyarakat setempat.

Seniman partisipan akan tinggal selama 4 minggu di Lamalera. Pertunjukkan ini akan melibatkan masyarakat setempat, cerita dan gerak berdasar pada kehidupan sehari- hari masyarakat Lamalera yang syarat akan tradisi dan nilai- nilai kearifan lokal.

Visi keberlanjutan proyek seni ini diharapkan hasil instalasi The Leviathan Lamalera akan menjadi museum kecil multimedia dan landscape art. Menyusun kembali tulang tulang mamalia tersebut di Desa Lamalera merupakan bentuk nyata langkah konservasi, dan menciptakan destinasi pariwisata baru sebagai alternatif manfaat ekonomis. Seluruh hasil dokumentasi kegiatan akan di berikan kepada perpustakaan di Desa Lamalera sebagai arsip untuk perkembangan, keberlangsungan, bahan data dan catatan memori bagi semuanya yang peduli akan desa kecil yang mendunia ini.

LEVIATHAN LAMALERA

The villagers of Lamalera on Lembata Island in East Flores still engage in activities directly related to whales, especially sperm whales. The people of Lamalera call it ‘Koteklema’, the cattle that mother earth has sent to allow us to continue living together.

The decreasing population of ocean mammals, and the pressures of modern life, have led to the cultural heritage of the people of Lamalera to slowly start to disappear, including their traditional knowledge about the sea and astronomy, their philosophy & knowledge about their traditional boats and their traditional norms and customs.

The maritime culture of Lamalera has been in existence for at least 600 years. RH Barnes In his book entitles “Indonesia Fishers & Weavers of Lamalera” (1996), Barnes says that Lamalera plays a strategic role in the history and culture of East Asia.

Leviathan Lamalera is a new multi-media (text, image, animation, interactive video, scenography) theatrical performance that involves artists and others from a variety of backgrounds and disciplines. The artists participating in this project will stay in Lamalera for 4 weeks and the performance will include members of the local community. The basic story and movement of the performance are based on the daily lives and traditions of the people of Lamalera.

The people of Lamalera also have a different knowledge background that is witnessed by their ability to maintain their culture despite the influences of changing times. Through the combining of Lamalera’s prehistoric culture and this new media presentation, we hope to show that Lamalera holds an important position in the maritime culture of East Asia and also to add to the data that has this far been compiled about Indonesia’s cultural heritages.

As Prof. Bambang Sugiharto has said that the present paradigm in art has emerged with specific characteristics: multicultural/multiethnic, increasingly integrated with life practices, focused on experience and awareness, and tending towards intra-disciplinary and inter-disciplinary and art as a creative-imaginative process. These characteristics are all part of this project.

Leviathan Lamalera as expressed by Prehistoric Soul will attempt to provide something different by having new things and people interact with Lamalera Village.

Although many non-profit organisations have come to this village with their own interests packaged as art, with the aim of reaching goals related to conservation and often specifically related to whale hunting, Leviathan Lamalera seeks to explore and present the precious value of the original culture here as a reminder to these non-profit organisations and their maneuvers and campaigns that there is a larger story unfolding.

“The Leviathan Lamalera” draws on local legends that speak of a very large and scary beast. The people of Lamalera believe that they originally came from the fertile and peaceful island of Lepan Batan that was submerged due to a very large beast (some describe this beast as a dragon, others say it was a giant eel).

In this project, Leviathan is also interpreted as a destructive force that could be read as the pernicious influence of a ‘big’ culture, that threatens this local culture by way of information technology, more intensive interactions with the outside world and the changes these bring to the perspectives or mindset of the local people.

Prehistoric Souls plans to have the installation created for this performance become a small multimedia museum and landscape art made of whale bones from Lamalera village.

All the documentation of this creative process will be given to the Lamalera village library as an archive of data and written memory that can be accessed for development and continuation, for all who care for this village that is ‘going international’.